Postingan

Al - Wafa Membalas Jasa

 Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki sifat yang sangat mulia, yaitu beliau tidak pernah menolak orang yang meminta. Makanya di dalam Al-Qur’an, sifat dermawan disebutkan dalam beberapa tingkatan: 1 Al-‘Aṭa’ (العطاء): Orang yang memberi ketika diminta, sesuai dengan yang diminta. 2 Al-Karam (الكرم): Orang yang memberi sebelum diminta, bahkan memberikan lebih dari yang diminta. 3 Al-Jud (الجود): Orang yang peka terhadap kebutuhan orang lain tanpa diminta. Misalnya, melihat tetangga tidak memasak karena tidak ada asap dari dapurnya, lalu menawarkan makanan. 4 Al-Itsar (الإيثار): Tingkatan tertinggi dari kedermawanan, yaitu orang yang sendiri dalam kesulitan namun tetap berbagi dengan orang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut sifat al-itsar dalam firman-Nya: …وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ… “Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (QS. Al-Hasyr...

Perayaan Tahun Baru adalah Perayaan orang Kafir.

 ⛔ Perayaan Tahun Baru Adalah Hari Raya Orang Kafir Perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah panjang. Banyak di antara orang-orang yang ikut merayakan hari itu tidak mengetahui kapan pertama kali acara tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan. Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beeginnings. Janus adalah seorang dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400) Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin. Pesta tahun baru masehi, pertama kali dirayakan orang kafir, yang nota...

SURGA itu Bertingkat - tingkat

Di antara akidah yang dikabarkan dalam Al-Qur`an dan hadits-hadits yang shahih tentang sifat surga adalah bahwa surga itu banyak dan bertingkat-tingkat. Di antara dalilnya, firman Allah Ta’ala: وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى “Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shalih, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga-surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” (QS. Thaha : 75-76). Dalam ayat ini, digunakan ungkapan لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى, yang menunjukkan bahwa surga itu ada beberapa derajat (tingkatan). Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menjelaskan: فأولئك لهم الدرجات العلى أيُّ الجَنَّةِ ذَاتَ الدَّرَجَات...

Perbanyak Sholawat di hari Jum'at

Memperbanyak Shalawat Di Hari Jumat Amalan memperbanyak shalawat di hari jum’at juga mungkin banyak dilalaikan oleh kamu muslimin atau mungkin belum diketahui. Amalan tersebut adalah shalawat kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Janganlah kita sampai melalaikan amalan ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً “Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-) Di antara shalawat yang dianjurkan yang dapat kita amalkan adalah: Dalam riwayat Bukhari no. 3370 terdapat lafazh shalawat s...

Jawaban Imam Ali kepada Raja Romawi

 Jawaban Imam Ali bin Abi Thalib as atas Pertanyaan-pertanyaan Kaisar Romawi Semasa pemerintahan Abubakar, Kaisar Romawi mengirim utusannya kepada Abubakar guna mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaan. Utusan itu menemui Abubakar dan mengajukan pertanyaan sebagai berikut; ada seorang lelaki yang: 1. Tidak mengharapkan surga dan tidak pula takut pada neraka. 2. Tidak takut kepada Allah. 3. Tidak rukuk dan tidak pula sujud. 4. Memakan bangkai dan darah. 5. Menyukai fitnah. 6. Memberi kesaksian atas sesuatu yang tidak pernah disaksikannya. 7. Memusuhi kebenaran dan menolaknya. Umar bin Khathab yang hadir di situ berkata, “Perbuatan orang ini tak lain hanya menambah kekufurannya.” Lalu mereka menceritakan pertanyaan kaisar romawi kepada Imam Ali as. Beliau berkata, “Lelaki yang memiliki sifat-sifat itu adalah seorang kekasih (wali) Allah; (1)dan (2), ia tidak mengharapkan surga dan tidak takut neraka tetapi harapannya adalah Allah dan hanya takut kepada Allah tapi tidak merasa tak...

BAHAYA BID'AH

Imam Al-Barbahari rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, bahwa manusia tidaklah membuat satu bid’ah (perkara yang baru dalam agama), kecuali pasti mereka akan meninggalkan sunnah yang semisalnya. Maka, waspadalah terhadap perkara-perkara yang diharamkan. Karena semua perkara baru dalam agama disebut bid’ah, dan semua bid’ah adalah kesesatan, dan orang-orang yang tersesat diancam masuk ke dalam neraka.” Beliau rahimahullah, melanjutkan peringatan kepada kita semua mengenai bahaya bid’ah, yaitu membuat syariat baru dalam agama ini. Bahaya melakukan amalan-amalan yang tidak ada dalilnya dari Al-Qur’an maupun sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam setiap khutbahnya memperingatkan tentang bahaya perkara ini: كل محدثة في الدين بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار “Sesungguhnya semua perkara baru dalam agama adalah bid’ah, dan semua kesesatan terancam masuk neraka.” Ini adalah hikmah yang sangat agung, dan perkataan ini dinukil dari ...

PENYAKIT AIN ITU BENAR ADA.?

 Penyakit AIN adalah penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata. Sebagaimana disebutkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam : العين حق، ولو كان شيء سابق القدر سبقته العين “Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim 2188) Gangguan dari ‘Ain bisa berupa penyakit, kerusakan atau bahkan kematian. Al-Lajnah Ad-Daimah menjelaskan : مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ، وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة ، ثم تستعين على تنفيذ سمها بنظرها إلى المَعِين “‘Ain dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut” (Fatawa Lajnah Daimah, 1/271) Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan dalam Thibbun Nabawi : وإذا كان العائن يخشى ضرر عينه وإصابتها للمعين، فليدفع شرها بقوله: ...