BAHAYA BID'AH
Imam Al-Barbahari rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, bahwa manusia tidaklah membuat satu bid’ah (perkara yang baru dalam agama), kecuali pasti mereka akan meninggalkan sunnah yang semisalnya. Maka, waspadalah terhadap perkara-perkara yang diharamkan. Karena semua perkara baru dalam agama disebut bid’ah, dan semua bid’ah adalah kesesatan, dan orang-orang yang tersesat diancam masuk ke dalam neraka.”
Beliau rahimahullah, melanjutkan peringatan kepada kita semua mengenai bahaya bid’ah, yaitu membuat syariat baru dalam agama ini. Bahaya melakukan amalan-amalan yang tidak ada dalilnya dari Al-Qur’an maupun sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam setiap khutbahnya memperingatkan tentang bahaya perkara ini:
كل محدثة في الدين بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار
“Sesungguhnya semua perkara baru dalam agama adalah bid’ah, dan semua kesesatan terancam masuk neraka.”
Ini adalah hikmah yang sangat agung, dan perkataan ini dinukil dari Salafush Shalih rahimahumullah, yaitu bahwa tidaklah manusia membuat sesuatu yang baru dalam agama, kecuali pasti mereka akan meninggalkan sunnah yang semisalnya. Ketika mereka membuat ritual-ritual baru dalam shalat atau setelah shalat, seperti dzikir-dzikir tertentu yang tidak diajarkan oleh Rasulullah, mereka pasti akan meninggalkan dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah. Sunnah yang seharusnya ditegakkan akan ditinggalkan.
Contohnya, ketika seseorang menyibukkan diri dengan wirid-wirid yang tidak ada haditsnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka akan meninggalkan wirid-wirid yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang sangat banyak dan belum tentu kita bisa melaksanakan semuanya. Misalnya, dzikir pagi, yang memiliki banyak doa-doa dan dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits-hadits yang shahih. Sebagiannya bahkan ada yang diulang seratus kali, seperti istighfar seratus kali, yang barangsiapa membacanya, maka dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.
Belum lagi dzikir-dzikir lain yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, seperti dzikir setelah wudu. Jika kita menggantinya dengan dzikir yang baru, yang tidak ada contohnya dari Nabi, atau diriwayatkan dari hadits palsu, maka kita akan meninggalkan hadits-hadits shahih yang menerangkan tentang dzikir yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah berwudhu.
Hampir semua bid’ah yang diadakan akan menyingkirkan sunnah yang seharusnya dikerjakan, karena bid’ah dan sunnah ini tidak dapat bersatu. Ketika seseorang sudah merasa puas dengan suatu bid’ah, kecintaannya kepada sunnah akan hilang atau sangat berkurang. Masing-masing akan menghilangkan yang lain. Sunnah akan menjauhkan seseorang dari bid’ah, dan sebaliknya.
Jika seseorang mencukupkan dengan sunnah, mulai dari bangun tidur, apa yang dia baca, itu telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seperti mengusap wajahnya, kemudian membaca sampai akhir surah Ali ‘Imran, lalu membaca doa masuk WC. Ini adalah sunnah-sunnah yang jelas haditsnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun, jika diganti dengan doa-doa lain yang tidak ada contohnya dari Rasulullah, maka sunnah ini akan ditinggalkan. Sebaliknya, jika bid’ah yang dikerjakan, maka sunnah akan ditinggalkan.
Inilah bahaya seorang yang bermudah-mudah dalam perkara bid’ah. Sedikit demi sedikit, ia meninggalkan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hikmah ini dinukil dari banyak ulama salaf, yaitu tidaklah seseorang mengerjakan bid’ah kecuali akan menghapuskan sunnah.
Sumber : rodja.tv
Komentar
Posting Komentar