KEMATIAN PASTI DATANG

 

Allah Ta’ala berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ

“Setiap jiwa pasti merasakan kematian” (QS. Ali ‘Imran: 185).

Tsabit al-Bunani Rahimahullah berkata, “Beruntunglah org yg senantiasa mengingat waktu datangnya kematian. Tdklah sorg hamba memperbanyak mengingat kematian, kecuali akan tampak buahnya di dalam amal perbuatannya.”

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ’anhu berkata, “Tdk ada waktu bagi sorg mukmin utk ber-santai² kecuali ketika dia sudah berjumpa dgn Allah.”

Suatu ketika ada yg berkata kpd Hasan al-Bashri Rahimahullah, “Wahai Abu Sa’id, apa yg hrs kami perbuat? Kami berteman dgn org yg senantiasa menakut-nakuti kami sampai² hati kami hendak melayang.”

Maka beliau rahimahullah menjawab, “Demi Allah! Sesungguhnya jika kamu berteman dgn org yg senantiasa menakut-nakuti dirimu hingga mengantarkan dirimu kpd keamanan, maka itu lebih baik drpd kamu bergaul dgn teman² yg senantiasa menanamkan rasa aman hingga menyeretmu kpd situasi yg menakutkan.”

Sorg penyair mengatakan,

“Wahai anak Adam, Engkau terlahir dari ibumu seraya melempar tangisan.

Sedangkan org² di sekelilingmu tertawa gembira.

Maka, beramallah utk menyambut suatu hari tatkala mrk melempar tangisan.

Yaitu hari kematianmu, ketika itu Engkau-lah yg tertawa gembira.”

Tsabit al-Bunani Rahimahullah berkata, “Beruntunglah org yg senantiasa mengingat waktu datangnya kematian. Tdklah sorg hamba memperbanyak mengingat kematian kecuali akan tampak buahnya di dalam amal perbuatannya.”

Syaikh Abdul Malik al-Qasim Hafidahullah berkata, “Betapa seringnya, di sepanjang hari yg kita lalui kita membawa (jenazah) org² yg kita cintai dan teman² menuju tempat tinggal tsb (alam kubur). Akan tetapi, seolah-olah kematian itu tdk mengetuk kecuali pintu mrk, dan tdk menggoncangkan kecuali tempat tidur mrk. Adapun kita; seolah-olah kita tak terjamah sedikit pun olehnya!!”

‘Amar bin Yasir Radhiyallahu’anhu berkata, “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat dan pelajaran. Cukuplah keyakinan sebagai kekayaan. Dan cukuplah ibadah sebagai kegiatan yg menyibukkan.”

al-Harits bin Idris rahimahullah berkata, Aku pernah berkata kpd Dawud ath-Tha’i rahimahullah, “Berikanlah nasihat utkku.” Maka beliau rahimahullah menjawab, “Tentara kematian senantiasa menunggu kedatanganmu.”

Abud Darda’ Radhiyallahu ’anhu berkata, “Barang siapa yg banyak mengingat kematian, niscaya akan menjadi sedikit kegembiraannya dan sedikit kedengkiannya.”

Abud Darda’ Radhiyallahu ’anhu berkata, “Aku senang dgn kemiskinan, karena hal itu semakin membuatku merendah kpd Rabbku. Aku senang dgn kematian, karena kerinduanku kpd Rabbku. Dan aku menyukai sakit, karena hal itu akan menghapuskan dosa²ku.”

Hasan al-Bashri Rahimahullah berkata, “Tdklah aku melihat sebuah perkara yg meyakinkan yg lebih mirip dgn perkara yg meragukan drpd keyakinan manusia thd kematian sementara mrk lalai darinya. Dan tdklah aku melihat sebuah kejujuran yg lebih mirip dgn kedustaan drpd ucapan mrk, ‘Kami mencari surga padahal mrk tdk mampu menggapainya dan tdk serius dalam mencarinya'.”

Salah sorg yg bijak menasihati sdrnya, “Wahai sdrku, waspadalah Engkau dari kematian di negeri (dunia) ini sblm Engkau berpindah ke suatu negeri yg Engkau meng-angan²kan kematian, akan tetapi Engkau tdk akan menemukannya.”

Ibnu Abdi Rabbihi berkata kpd Mak-hul, “Apakah Engkau mencintai surga?” Mak-hul menjawab, “Siapa yg tdk cinta dgn surga.” Lalu Ibnu Abdi Rabbihi pun berkata, “Kalau begitu, cintailah kematian, karena Engkau tdk akan bisa melihat surga kecuali setelah mengalami kematian.”

Penulis: Ustadz Ari Wahyudi, S.Si حفظه الله

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENYAKIT AIN ITU BENAR ADA.?

Perbanyak Sholawat di hari Jum'at

BAHAYA BID'AH